BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 17 September 2011

DISMENORE

Nyeri Haid (Dismenore)

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya dan dismenore sekunder jika penyebabnya adalah kelainan kandungan.

Penyebab
Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Penyebab dari dismenore sekunder adalah: endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD.

Faktor Risiko
Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama. Sedangkan dismenore sekunder seringkali mulai timbul pada usia 20 tahun. Faktor lainnya yang bisa memperburuk dismenore adalah:
-rahim yang menghadap ke belakang (retroversi)
-kurang berolah raga
-stres psikis atau stres sosial.

Gejala dan Tanda
Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada.

Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah.

Penatalaksanaan
Pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan menghilangnya dismenore primer. Hal ini diduga terjadi karena adanya kemunduran saraf rahim akibat penuaan dan hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan.

Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi.

Selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan:
– istirahat yang cukup
– olah raga yang teratur (terutama berjalan)
– pemijatan
– yoga
– orgasme pada aktivitas seksual
– kompres hangat di daerah perut.

Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi.

Gejala juga bisa dikurangi dengan istirahat yang cukup serta olah raga secara teratur. Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka diberikan obat yang mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan medroksiprogesteron.

Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya akan mengurangi beratnya dismenore. Jika obat ini juga tidak efektif, maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi).

Jika dismenore sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas.

Pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung kepada penyebabnya.

PERAWATAN MASA NIFAS

Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi, seluruh organ kandungan baru pulih kembali seperti sebelum hamil, dalam waktu 3 bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan persalinan.

Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pasca nifas, masa nifas dini dan masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki ciri khas tertentu. Pasca nifas adalah masa setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam sesudah melahirkan). Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas, yaitu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.

Pada masa nifas ini, terjadi banyak perubahan pada tubuh sang ibu, misalnya rahim yang tadinya membesar karena pertumbuhan janin, mulai kembali ke ukuran sebelum hamil. Selain itu, jalan lahir yang tadinya melebar karena dilewati oleh bayi pada proses persalinan, kini mulai mengecil dan kembali seperti sebelum hamil. Dinding perut yang tadinya longgar kini mulai mengencang kembali, dan payudara semakin membesar karena adanya produksi ASI. Masa nifas ini bersamaan dengan mulainya masa menyusui, sehingga masa ini sangat penting bagi keberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif. Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) yang muncul pada awal masa nifas, yang kaya akan nutrisi penting bagi sistem kekebalan dan kecerdasan bayi, jangan sampai terlewatkan untuk diberikan pada bayi.

Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap ibu yang baru melahirkan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi perawatan masa nifas yakni memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan psikis berlangsung dengan normal, mengamati proses kembalinya rahim ke ukuran normal, membantu ibu untuk dapat memberikan ASI dan memberi petunjuk kepada ibu dalam merawat bayinya. Perawatan masa nifas sebenarnya dimulai sejak plasenta lahir, dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan setelah melahirkan dan infeksi. Bila ada luka robek pada jalan lahir atau luka bekas guntingan episiotomi, dilakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, khususnya untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan.

Sesudah bersalin, suhu badan ibu dapat naik 0,5 derajat C, tapi tidak melebihi 38 derajat C. Sesudah 12 jam pertama, suhu badan akan kembali normal. Bila suhu melebihi dari 38 derajat C, kemungkinan telah terjadi infeksi. Rasa mulas di perut setelah melahirkan timbul akibat kontraksi rahim dan biasanya lebih terasa saat menyusui. Keluhan ini dapat dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin. Rasa mulas ini juga dapat timbul jika masih terdapat sisa selaput ketuban, plasenta atau bekuan darah di dalam rongga rahim. Bila mulas tersebut sangat mengganggu, dapat diberikan obat antinyeri dan penenang, supaya ibu dapat beristirahat dan tidur.

Umumnya ibu merasa sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila proses persalinannya berlangsung cukup lama. Dahulu, ibu harus cukup beristirahat, yakni harus tidur terlentang selama kurang lebih 8 jam setelah bersalin. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah terjadinya risiko timbunan plak di pembuluh darah (trombosis dan tromboemboli) akibat terlalu lama tidak bergerak. Pada hari kedua ibu baru boleh duduk, hari ketiga boleh berjalan dan hari berikutnya boleh pulang. Tahap-tahap untuk bergerak tersebut tidak mutlak, tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka. Namun sekarang, setelah melahirkan ibu dianjurkan untuk mobilisasi secara aktif seawal mungkin jika sudah memungkinkan. Sesudah bersalin, bila ibu menghendaki, maka diperkenankan untuk berjalan-jalan, pergi ke kamar mandi bila perlu dan istirahat kembali bila merasa lelah. Namun sebagian besar menghendaki untuk beristirahat total ditempat tidur selama 24 jam, terutama bila mengalami luka di jalan lahir yang cukup luas. Berbeda halnya jika persalinan dengan cara bedah sesar yang menggunakan pembiusan melalui tulang belakang, ibu harus tetap mengikuti tahap-tahap bergerak tersebut, untuk menghindari efek samping obat bius berupa nyeri kepala yang hebat.

Setelah melahirkan, ibu harus segera buang air kecil sendiri. Kadang-kadang timbul keluhan kesulitan berkemih yang disebabkan pada saat persalinan otot-otot kandung kemih mengalami tekanan oleh kepala janin, disertai pembengkakan kandung kemih. Bila kandung kemih terisi penuh sedangkan si ibu tidak dapat buang air kecil, sebaiknya dilakukan pemasangan kateter (selang kencing), untuk mengistirahatkan sementara otot-otot tersebut, yang berikutnya diikuti dengan latihan berkemih. Ketidakmampuan berkemih dapat menyebabkan terjadinya infeksi, sehingga harus diberikan antibiotika. Dalam 3-4 hari setelah bersalin, ibu harus sudah buang air besar. Bila ada sembelit dan tinja mengeras, dapat diberikan obat pencahar atau dilakukan klisma (pembersihan usus). Demam dapat muncul jika tinja tertimbun lama di usus besar.

Dalam hal menyusui, saat ini sedang digalakkan upaya pemberian ASI sedini mungkin setelah bayi lahir. Bayi diletakkan tengkurap di atas dada ibu yang masih berbaring, kemudian dalam dekapan ibu, dalam beberapa jam pertama si bayi akan berusaha mencari puting susu ibunya dan belajar menghisap sehingga dapat merangsang produksi ASI.

Pada ibu yang bersalin secara normal (bukan operasi), sebaiknya dianjurkan untuk kontrol kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Pemeriksaan meliputi keluhan, selera makan, gangguan berkemih dan buang air besar, ASI (payudara dan puting susu), luka jalan lahir, keputihan, riwayat demam dan perdarahan, dan pemeriksaan organ kandungan. Pemeriksaan tersebut tidak merupakan pemeriksaan terakhir, terlebih jika ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan.